Recent Posts

Kamis, 27 Oktober 2011

Benarkah Karir Orang Jujur Sering Terhambat ?



Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Judul ini sengaja dibuat tendensius. Soalnya, kita sering mendengar orang-orang mengatakan jika mereka yang tidak jujur malah mendapatkan kesempatan dan karir yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang jujur dan baik malah tersingkir. Faktanya tidak semua orang yang karirnya bagus adalah orang-orang yang tidak jujur. Mungkin memang ada orang tidak jujur yang karirnya cemerlang. Tetapi, keliru jika mengira bahwa ketidakcemerlangan karir kita terjadi karena kita memilih menjadi orang yang jujur. Bukan. Bukan karena kita jujur karir kita tidak berkembang. Justru dengan kejujuran itu kita bisa mendapatkan karir yang bukan sekedar membumbung tinggi, tetapi juga bernilai martabat tinggi. Jujur itu baik. Dan kita bisa membangun karir yang baik dengan landasan kejujuran.
Bayangkan Anda sedang berada dalam sebuah balapan lari marathon. Anda berpacu dengan para pesaing tangguh. Jika sambil berlari Anda memanggul sekarung pasir di pundak; bukankah peluang Anda untuk menang menjadi semakin kecil? Pikiran negatif, dan perasaan kesal Anda kepada orang lain itu tidak ubahnya seperti sekarung beban berat. Persaingannya sendiri sudah sangat sengit. Memelihara perasaan kesal karena memikirkan ketidakjujuran orang lain dalam bersaing sama artinya dengan melemahkan daya saing kita. Sebaliknya, kita akan semakin efektif dalam bersaing jika hati dan perasaan kita tidak dibebani oleh hal-hal seperti itu. Sayangnya, banyak orang yang tersiksa oleh ketidakjujuran orang lain. Lalu menjadikannya sebagai kambing hitam atas kegagalan yang dideritanya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menyikapi ketidakjujuran lingkungan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
1. Tetaplah menjadi orang baik. Seperti ikan di laut. Meski lingkungan sekelilingnya terasa asin, tetapi daging ikan tidak ikut-ikutan menjadi asin. Meski di sekitar kita ada orang-orang yang tidak jujur, tapi itu tidak berarti kita harus ikut-ikutan menjadi orang yang juga tidak jujur. Mungkin tubuh kita tidak ikut menjadi ‘asin’. Tetapi otak kita sibuk memikirkannya. Hati kita juga sibuk menghujat; ‘mengapa orang macam itu yang mendapatkan kesempatan?’. Hal itu menandakan jika kita terpengaruh oleh ketidakjujuran orang lain. Mendingan Anda fokus saja untuk tetap menjaga nilai-nilai kejujuran Anda. Tidak perlu ikut campur. Kecuali jika Anda mampu ‘mengambil tindakan’ untuk menghentikan ketidakjujuran orang itu. Jika tidak memiliki kemampuan itu, sebaiknya Anda tidak membuang waktu dan energy dengan pikiran dan perasaan negatif yang ditimbulkan oleh ketidakjujuran orang lain. Cukuplah dengan tidak mengikuti perilaku buruk mereka. Sehingga kita bisa tetap menjadi orang baik.
3. Imbangi dengan keunggulan aspek lain. Ada kalanya keunggulan orang lain itu bukan sesuatu yang bisa diduplikasi. Misalnya, sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian dan fungsi utama kerja otak kita. Soal skill, kita bisa pelajari. Tetapi soal kepribaidian dan cara kerja otak, tidak semudah itu. Jika kita orang yang dominan dengan otak kiri misalnya, bukan soal gampang untuk bergeser ke otak kanan. Memaksakan diri hanya akan membuat kita semakin ketinggalan. Akui saja jika itu memang bukan area keahlian kita. Sekalipun begitu, kita bisa tetap berbesar hati. Karena dibalik kelemahan kita, tersebunyi kelebihan yang tidak mereka miliki. Tugas kita adalah menemukan keunggulan pribadi itu. Lalu menjadikannya sebagai aset yang dapat mengimbangi keunggulan orang lain.

Follow dangkadarusman on Twitter
Catatan Kaki:
Ciri jika kita ini orang baik adalah terus menjaga nilai-nilai kebaikan yang kita miliki tanpa mempermasalahkan keburukan orang lain.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar