Recent Posts

Jumat, 07 Oktober 2011

Jangan Sekadar Simbol, Batik Harus Bisa Menyejahterakan Masyarakat


Bersepeda dengan mengenakan busana batik, mengapa tidak? Itu yang kemarin dilakukan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat (Jabar). Menggelorakan semangat batik sebagai identitas bangsa, Dekranasda Jabar menggandeng komunitas Bike to Work Bandung bersepeda menyusuri jalanan dari Gedung Pakuan di Jalan Otto Iskandardinata menuju Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.

Acara berlangsung semarak. Iring-iringan pesepeda berseragam batik ini pun menyita perhatian warga. “Mencintai dan bangga pakai batik, terutama bagi kalangan generasi muda, harus terus digelorakan. Karena itu kita akan terus kampanyekan penggunaan batik ini,” ujar Ketua Dekranasda Jabar Nett Heryawan kemarin.
Menurut dia, event untuk menyambut Hari Batik Nasional 2 Oktober ini sekaligus untuk menyosialisasikan regenerasi pembatik agar tidak punah. “Dengan semakin banyak masyarakat memakai batik, tentu akan membuat industri batik bertahan hidup,” imbuhnya. Acara puncak peringatan Hari Batik Nasional akan diselenggarakan di Pekalongan, Jawa Tengah. Pekalongan dipilih karena menjadi salah satu daerah penghasil batik di Indonesia. Ibu Negara Ani Yudoyono dan sejumlah menteri dijadwalkan hadir dalam acara tersebut dengan agenda mengunjungi museum dan sentra batik.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan, upaya melestarikan batik tidak bisa hanya dengan mengembangkannya, tetapi harus mampu memanfaatkan agar khasanah Nusantara ini bisa menjadi alat menyejahterakan rakyat. Wacik menilai, bila berhenti pada pelestarian, rakyat hanya akan mendapatkan kebanggaan, tetapi tidak keuntungan material.
“Karya-karya budaya seperti batik,apabila benar me-nanganinya,akan didapatkan nilai ekonominya. Karena itu semakin banyak yang menggunakan batik, itu (nilai ekonomi) akan mengalir ke perajin,” ungkap Wacik pada eventWorld Batik Summit 2011 di Jakarta kemarin. Wacik mengatakan, dokumen UNESCO mengenai pengakuan batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia sudah disimpan di lembaga arsip nasional.
Dengan demikian apabila ada bangsa lain yang hendak mengakui batik sebagai warisan budaya miliknya bisa terbantahkan dengan bukti legal tersebut. Mengenai adanya negara-negara lain yang memproduksi batik, Wacik menyebut hal itu bukan masalah.”Dunia sudah tahu bahwa asal batik adalah dari Indonesia,” tegas menteri dari Partai Demokrat ini. Batik diakui sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco pada 2 Oktober 2009. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Dari aspek ekonomi, batik terus menjadi primadona bagi perkembangan industri kreatif di Tanah Air. Penjualan batik meningkat dari Rp2,9 triliun pada 2006 menjadi Rp3,9 triliun Rp3,9 triliun pada 2010. Nilai ekspor batik melonjak 56% dari USD16,3 juta pada 2006 menjadi USD22,3 juta pada 2010. (TANTAN SULTHON/DYAH PAMELA)
Sumber: Harian Seputar Indonesia - Sabtu, 01 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar