Data-data resmi mengindikasikan bahwa tingkat prevalensi HIV di Indonesia adalah 0,2 persen, Papua dan Papua Barat melaporkan bahwa prevalensi di kalangan orang dewasa di sana adalah 2,4 persen, dan kalangan muda di provinsi ini (usia 15-24 tahun) terkena dampak secara tidak proporsional, dengan angka prevalensi 3.0 persen.
Risiko tertinggi penularan HIV diketahui
berasal dari perilaku — termasuk penggunaan Napza suntik (penasun) dan
seks yang tidak terlindungi — dan dari ibu yang terjangkit ke anak
mereka dan selama persalinan.
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV saat ini cenderung meningkat di Indonesia, membuat kemungkinan penularan seperti itu bahkan semakin besar.
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV saat ini cenderung meningkat di Indonesia, membuat kemungkinan penularan seperti itu bahkan semakin besar.
Tubuh manusia mempunyai sistem kekebalan
yang sering kita sebut sel darah putih. Sistim kekebalan tubuh kita
mempunyai 2 sel utama yang mempunyai tugas berbeda. Satu sel yaitu sel
CD4 positif bertugas sebagai sel yang mengenali dan memberi informasi
jika ada benda atau sel asing yang masuk kedalam tubuh, sedangkan yang
lainnya bertugas untuk menyerang dan melumpuhkan sel asing tersebut
setelah menerima informasi dari sel CD4 positif. Sedangkan HIV adalah
virus yang secara khusus menjadikan sel CD4 positif sebagai target dari
serangannya.
Bagaimana cara penularan HIV?
HIV menyebar pada cairan tubuh manusia dan hanya ada tiga airan tubuh yang rawan membawa HIV,yaitu
• Darah
• Cairan Kelamin
• ASI (Air Susu Ibu)
HIV menyebar pada cairan tubuh manusia dan hanya ada tiga airan tubuh yang rawan membawa HIV,yaitu
• Darah
• Cairan Kelamin
• ASI (Air Susu Ibu)
Di seluruh dunia termasuk di Indonesia
saat ini, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV terbesar
akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua terbesar
penyebaran HIV diantara pengguna narkoba
Narkoba
Pemakai narkoba sangat beresiko tertular HIV yang disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang berulang-ulang dengan sesama pemakai. Dalam kondisi sakauw, pemakai narkoba tidak dapat berpikir panjang dan jernih untuk hal apapun, termasuk masalah sterilisasi ataupun mengganti jarum suntikan, sehingga tiap orang dalam lingkungan pemakai narkoba berada dalam kondisi pasrah dalam penyebaran HIV
Hal ini mungkin didukung dengan pandangan solidaritas pemakai dengan
menggunakan jarum yang sama. Tidak ada yang tahu betul kondisi bersih
tidaknya sesama pemakai, atau apakah memiliki HIV dalam tubuhnya atau
tidak. Setiap pemakai narkoba bukan hanya merusak tubuhnya dengan zar
adiktif, tetapi juga menjadi sarana penyebaran penyakit-penyakit
berbahaya, terutama HIV.Pemakai narkoba sangat beresiko tertular HIV yang disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang berulang-ulang dengan sesama pemakai. Dalam kondisi sakauw, pemakai narkoba tidak dapat berpikir panjang dan jernih untuk hal apapun, termasuk masalah sterilisasi ataupun mengganti jarum suntikan, sehingga tiap orang dalam lingkungan pemakai narkoba berada dalam kondisi pasrah dalam penyebaran HIV
“Orang yang bersih dari HIV dan memakai jarum suntik bersama dengan pengidap HIV positif akan langsung tertular HIV, jika ditest lab mungkin masih belum terdeteksi bahkan sampai dengan 6 bulan kedepan, namun selama kurun waktu tersebut ia sudah dapat menularkan HIV ke orang lainnya tanpa ada gejala yang kelihatan”
Seks Bebas
Tren seks bebas yang mulai merasuki anak muda sekarang merupakan peringkat pertama dalam penyebaran HIV di kota-kota besar, tak terkecuali Indonesia. 51,3% penyebaran HIV melalui seks bebas mungkin telah menjadi pengetahuan umum, dan berita mengenai penularan itu sudah sering kita dengar banyak terjadi pada kalangan yang biasa kita sebut “kelompok tertentu” dalam masyarakat. Sedangkan warga masyarakat lainnya berbeda dengan mereka. Sebagian warga masyarakat yang baik-baik yang bergaul dengan sesama warga yang baik-baik terlihat sehat dan normal, waspada dan mengikuti perkembangan hal-hal baru, dan pastinya jauh dari kemungkinan tertular HIV. Apakah benar begitu?
Hasil riset kesehatan terakhir kementrian kesehatan menunjukan pengidap HIVTren seks bebas yang mulai merasuki anak muda sekarang merupakan peringkat pertama dalam penyebaran HIV di kota-kota besar, tak terkecuali Indonesia. 51,3% penyebaran HIV melalui seks bebas mungkin telah menjadi pengetahuan umum, dan berita mengenai penularan itu sudah sering kita dengar banyak terjadi pada kalangan yang biasa kita sebut “kelompok tertentu” dalam masyarakat. Sedangkan warga masyarakat lainnya berbeda dengan mereka. Sebagian warga masyarakat yang baik-baik yang bergaul dengan sesama warga yang baik-baik terlihat sehat dan normal, waspada dan mengikuti perkembangan hal-hal baru, dan pastinya jauh dari kemungkinan tertular HIV. Apakah benar begitu?
terutama pada kaum muda melonjak drastis.
Dinas Kesehatan menyelenggarakan Seminar Pencegahan HIV dan AIDS yang dilaksanakan pada, Rabu, 1 Mei 2013 di Balaikota Depok. Dengan pembicara Dr. Ani Rubiani, M.Kes Sekertaris Dinas Kesehatan, Ibu Sarah dari LSM Jabar Sehat, dan Mulya penderita HIV.
Tujuan seminar ini untuk sosialisasi pengetahuan tentang penyakit HIV kepada para PNS terutama guru-guru SMPN dan SMAN se-Kota Depok , sehingga menjadi pengetahuan tambahan yang bisa diberikan kepada para murid-murid yang ada di sekolah mereka.
“Dari SMP saya sudah memulai dengan minum alkohol, lalu mencoba narkoba. Saya yang memang membawa sendiri penyakit HIV ini dengan memakai jarum suntik. Ini masalah dari lingkungan saya berada, bukan karena masalah rumah atau keluarga akan tetapi pertemanan. Walaupun hingga sekarang saya akui saya masih peminum dan saya sudah mulai mengurangi semua. Ini seminar penting untuk semua guru untuk tetap memperhatikan para murid agar tetap menjaga pergaulan mereka agar tidak menyimpang. Jangan jauhi orangnya tapi jauhi virusnya,” ujar Mulya yang berumur 39 tahun lulusan Sarjana Ekonomi dari salah satu perguruan tinggi di Depok. (Diskominfo/feny)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar